Laman

Kamis, 29 Maret 2012

Review: SuckSeed (2011)


Naskah cerita SuckSeed bukanlah sebuah naskah cerita yang orisinal. Sutradara film ini, Chayanop Boonprakob, sebelumnya pernah mengarahkan beberapa film pendek yang diberi judul sama dan mengisahkan mengenai usaha beberapa kelompok musik rock muda Thailand dalam mencapai impian mereka. Film-film pendek tersebut sempat ditayangkan di Thai Short Film & Video Festival sebelum akhirnya menarik minat rumah produksi GMM Thai Hub untuk kemudian mengembangkannya menjadi sebuah film layar lebar. Bersama dengan penulis naskah Thodsapon Thiptinnakorn, Nottapon Boonprakob, Siwawut Sewatanon dan Panayu Kunvanlee, Boonprakob kemudian menggubah jalan cerita asli SuckSeed menjadi sebuah drama yang juga bersentuhan dengan tema persahabatan dan percintaan remaja.

Filmnya sendiri berkisah mengenai persahabatan antara Ped (Jirayu La-ongmanee) dan Koong (Pachara Chirathivat) yang telah terjalin semenjak kecil. Koong sendiri semenjak lama telah hidup dalam bayang-bayang saudara kembarnya, Kay, yang lebih populer dan terkenal karena bakat bermusiknya. Tidak mau terlalu lama hidup dalam bayang-bayang tersebut, Koong kemudian mengajak Ped dan Ex (Thawat Pornrattanaprasert) untuk membentuk sebuah kelompok musik rock guna menyaingi kelompok musik yang digawangi oleh Kay sekaligus untuk menarik perhatian para wanita. Jelas saja bukan sesuatu hal yang mudah mengingat ketiganya masih memiliki kemampuan musik yang sangat terbatas.

Singkat cerita, penampilan mereka di sebuah acara sukses membuat banyak anak-anak di acara tersebut menangis karena buruknya penampilan mereka. Pun begitu, mereka berhasil menarik perhatian Ern (Nattasha Nauljam), seorang gadis yang dulu pernah disukai oleh Ped di masa kecilnya. Karena kemampuan dan pengalamannya dalam bermain gitar, Ern kemudian diajak turut bergabung dalam kelompok musik tersebut dengan tujuan agar mereka dapat lolos seleksi kompetisi bakat kelompok musik tingkat sekolah menengah atas di Thailand. Awalnya, kedatangan Ern di kelompok musik tersebut mampu meningkatkan kualitas bermusik mereka. Namun masalah kemudian datang ketika Koong mulai merasa jatuh hati terhadap Ern yang jelas saja membuat Ped merasa tidak nyaman karena masih memendam rasa sukanya terhadap gadis tersebut.

Terlepas dari jalan cerita yang mengisahkan mengenai perjuangan sekelompok remaja dalam mengejar impian bermusik mereka, SuckSeed sendiri hampir tidak memiliki sesuatu elemen yang istimewa dalam jalinan naskah ceritanya. Pun begitu, SuckSeed mampu memadukan unsur musikal, drama dan komedi yang ada dalam ceritanya dengan begitu lancar sehingga film ini mampu bergerak dengan cukup baik. SuckSeed juga diisi deretan karakter yang akan mampu menjalin hubungan emosional dengan setiap orang. Karakter-karakter ini digambarkan dengan ‘begitu remaja’ namun tetap memiliki jalan pemikiran yang akan mampu membuat para penonton dewasa juga tidak merasa ditinggalkan.

Selain jalan ceritanya yang ringan namun sangat menghibur, kesuksesan SuckSeed juga terjadi karena andil pengarahan Boonprakob yang mampu menghadirkan ritme cerita yang dinamis. Tidak hanya itu, Boonprakob juga menghadirkan deretan kelompok musik rock Thailand untuk mengisi langsung ilustrasi musik pada beberapa adegan di film ini dan menghadirkannya dengan begitu komikal dan jenaka. Musik dan lagu-lagu yang dihadirkan juga cukup catchy yang sekaligus semakin mendukung tingkat kenikmatan penonton dalam menyaksikan film ini. Durasi yang mencapai 130 menit memang terkesan terlalu panjang. Hal ini diakibatkan oleh beberapa ekstensi yang terasa dilakukan oleh Chayanop Boonprakob pada beberapa plot cerita dan adegan SuckSeed yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan dan dapat dibuang tanpa mempengaruhi esensi cerita secara keseluruhan.

Tentu saja, daya tarik utama film ini berada pada jajaran pemerannya yang begitu mampu menghidupkan karakter mereka. Walaupun berperan sebagai Ped yang memiliki karakter begitu ‘sempurna,’ Jirayu La-ongmanee mampu menjadikan Ped tidak terlihat naif dan mengesalkan. Begitu pula dengan Pachara Chirathivat yang memerankan karakter Koong yang banyak memiliki perbedaan sifat dengan Ped. Walau digambarkan sebagai karakter dengan emosional yang masih meledak-ledak, Jirathiwat mampu menghadirkan Koong sebagai energi kesenangan utama dalam film ini. Begitu pula aktris muda Nattasha Nauljam yang mampu tampil tidak hanya sebagai pemanis serta Thawat Pornrattanaprasert yang walaupun memiliki porsi peran yang kecil tetap mampu membawakan karakter Ex dengan baik.

Harus diakui, akan sangat sulit untuk tidak merasa jatuh cinta terhadap SuckSeed, sebuah film drama komedi romantis mengenai sekelompok remaja Chiang Mai, Thailand, dalam menghadapi permasalahan hidup mereka: mulai dari tantangan yang muncul ketika mereka hendak membentuk sebuah kelompok musik, kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan, rasa cinta yang terpendam semenjak lama hingga berbagai aral yang melintangi jalur persahabatan mereka. Jalan ceritanya berjalan sederhana, namun mampu tergarap dengan rapi dan begitu mengena. Ditambah dengan iringan musik rock dari deretan band papan atas Thailand yang begitu mudah untuk dinikmati, SuckSeed akan mampu mengembalikan berbagai kenangan manis masa-masa sekolah dari setiap penontonnya sekaligus tampil begitu menarik sebagai sebuah film drama komedi yang ditujukan untuk pangsa pasar remaja.



Directed by Chayanop Boonprakob
Produced by Jira Maligool, Chenchonnee Soonthornsaratul, Suvimon Techasupinun, VanrideePongsittisak
Written by Chayanop Boonprakob, Thodsapon Thiptinnakorn,             Nottapon Boonprakob, Siwawut Sewatanon dan Panayu Kunvanlee
Starring Jirayu La-ongmanee, Pachara Chirathivat, Nattasha Nauljam, Thawat Pornrattanaprasert
Music by Vichaya Vatanasapt
Cinematography Naruphol Chokanapitak
Editing by Panayu Konvanlee
Studio GMM Thai Hub
Running time 130 minutes 
Country Thailand
Language Thai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar